Waktu saya masih kecil, saya sering di imunisasi di Posyandu
dan Sekolah Dasar (SD). Kata guru saya, imunisasi yang saya lakukan itu
mencegah penyakit campak dan polio, banyak dari teman-teman saya mengantri
untuk menunggu giliran untuk di imunisasi.
Dan sekarang saya mempunyai keponakan dan sadar akan
kesehatan mereka, pada saat baru lahir berumur 12 bulan mereka selalu di
imunisasi sesuai dengan waktu yang di tentukan. Imunisasi menyelamatkan anak-anak
dari penyakit serta virus-virus yang mematikan.
Hingga kini, masyarakat Indonesia masih belum anaknya untuk
imunisasi karena adanya kekhawatiran tentang isu yang beredar. Isu-isu yang
beredar di masyarakat antara lain berupa : isu halal-haram vaksin dan juga isu
kandungan zat dalam vaksin serta takut sang bayi penyakitnya akan lebih parah
bila sudah di imunisasi.
Padahal, imunisasi dapat mencegah penyakit seperti : Hepatitis
B, Campak, Polio, Rubella, Tetanus, Difteri, dll. Dan agak miris sekitar 19
juta anak di Indonesia tidak mendapatkan imunisasi secara lengkap. 1 dari 10
anak di Indonesia yang tidak mendapatkan vaksinasi apapun dan tidak terdeteksi
oleh system kesehatan.
Memperluas akses
imunisasi adalah hal yang sangat penting dalam mencapai Sustainable Development
Goals (SDG). Nilai vaksin yang unik, merupakam pendorong dikukuhnya Global
Vaccine Action Plan (GVAP) 2020, yang disahkan oleh 194 anggota negara pada World
Health Assembly ke-60 tanggal 12 Mei 2012, suatu kerangka kerja untuk mencegah
jutaan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin pada tahun 2020
melaui akses universal untuk imunisasi.
Tujuan GVAP adalah mengukuhkan imunisasi rutin, mempercepat kontol
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin (pemberantasan polio tahap pertama),
memperkenalkan vaksin baru, dan memacu penelitian dan pengembangan teknologi
vaksin. Meskipun terdapat perbaikan dimasing-masing negara , semua target GVAP
untuk eliminasi penyakit (termasuk campak, rubella, serta tetanus neonates dan
maternal) masih terlambat dari yang dijadwalkan.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Penvegahan Penyakit (Ditjen P2P) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, cakupan imunisasi dasar bagi bayi usia 0-11 bulan pada tahun 2017 mencapai 92,04% (dengan target nasional 92%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa program imunisasi te;ah mencapai target, namun dengan cakupan 80% dan cakupan antara 80-91,5%.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Penvegahan Penyakit (Ditjen P2P) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, cakupan imunisasi dasar bagi bayi usia 0-11 bulan pada tahun 2017 mencapai 92,04% (dengan target nasional 92%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa program imunisasi te;ah mencapai target, namun dengan cakupan 80% dan cakupan antara 80-91,5%.
Pada kurun waktu tahun 2014-2016, terdapat 1.716.659 anak
yang belum mendapat imunisasu dan imunisasinya tidak lengkap. Oleh sebab itu,
pembeian imunisasi universak bagi seluruh anak tanpa kecuali masih dalam upaya
promosi kesehatan : baik pemerintah, organisasi profesi, LSM, mitra swasta, masyarakat,
dan lainnya.
Comments