Mengenal Lebih Dekat Penyakit Jantung Koroner




Pada tanggal 29 September 2018, Kementrian Kesehatan memperingati hari Jantung Dunia dengan tema “My Hearth You Hearth”. Penyakit jantung yang merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Negara maju maupun berkembang. Studi di dunia menunjukkan kecenderungan peningkatan angka kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah (Cardiovasular Disiase). Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2012, dari 56,5 juta kematian di seluruh dunia perkirakan 31%  disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah atau 17,5 juta orang penyakit jantung adalah 7,2% atau 7 dari 100 orang menderita penyakit jantung.

Menurut data WHO tahun 2017, estimasi kematian akibat PTM di Indonesia adalah penyakit kardiovaskuler 37%, kanker 13%, PTM lainnya 10%, cedera 7% dan penyakit menular, maternal, perintal & malnutrisi 22%.

Prevalansi penyakit jantung koroner berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen. Prevalensi penyakit jantung koroner berdasarkan terdiagnosis tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulewesi Utara, DKI Jakarta, Aceh masing-masing 0,7 persen. Sementara prevalensi penyakit jantung koroner menurut diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (4,4%), Sulawesi Tengah (3,8%), Sulawesi Selatan (2,9%), dan Sulawesi Barat (2,6%).

Penyebab kematian pada semua umur penyakit iskemik 5,1% dan penyakit jantung lainnya 4,6%. Angka kematian diperkotaan pada kelompok usia 45-54 tahun disebabkan oleh penyakit iskemik 8,7%, penyakit jantung lainnya 7,1%, sedangkan di pedesaan penyebab kematian oleh jantung iskemik 5,7% dan penyakit jantung lain 5,1%.

Menurut Riskesdas 2013, prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan wawancara yang didiagnosis nakes serta didiagnosis nakes dan gejala meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi umur 65-74 yaitu 2,0 persen dan 3,6 persen menurun sedikit pada kelompok umur ≥ 75 tahun.

Prevalensi PJK berdasarkan jenis kelamin yang didiagnosis nakes pada perempuam lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (0,5% dan 0,4%), begitu juga didasarkan diagnosis nkes dan gejala lebih tinggi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki (1,6% dan 1,3%). Berdasarkan tempat tinggal PJK terdiagnosis nakes prevalensinya lebih tinggi di pendesaan, nmun berdasarkan terdiagnosis nakes dan gejala prevalensinya lebih tinggi di perkotaan.

Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada. Bgian kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki atrium yang mengumpulkan darah dan ventrikel yang mengeluarkan darah. Agar darahnya mengalir dri satu arah, maka vertrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar. Dalam bekerja otot jantung nendapatkan suplai oksigen dari arteri koroner cabang dari aorta.

Penyakit jantung koroner yang  disebabkan karena penyempitan arteri koroner akibat proses aterosklerosis, spasme atau kombinasi keduanya. Manifestasi klinik penyakit jantung koroner yang klasik adalah angina pectoris yaitu sindroma klinis dimana didapatkan sakit dada yang timbul pada waktu melakukan aktivitas karena adanya iskemik miokard (kurangnya oksigen pada otot jantung). Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi penyempitan arteri koroner yang signifikan. Angina pectoris dapat muncul sebagai angina pectoris stabil (APS, stable angina), dan keadaan ini bisa berkembang lebih berat dan menimbulkan Sindroma Koroner Akut (SKA) atau yang dikenal sebagai serangan jantung (heart attack) dan bisa menyebabkan kematian.

Serangan jantung atau “angin duduk” ini ditandai oleh rasa tidak nyaman di dada yang berlangsung selama 20 menit saat istirahat atau aktivitas yang disertai gejala keringat dingin atau bahkan kematian (sudden death).

Gejala awal rasa tidak nyaman disebut angina, yaitu berupa nyeri dada, nyeri punggung, rasa berat di dada, rasa terbakar, tertekan di daerah dada bahkan dapat seperti mual atau nyeri ulu hati. Angina duduk atau sindroma koroner akut ini dilaporkan mempunyai angka kematian sangat tinggi terutama di usia-usia produktif (usia diatas 35 tahun). Data menunjukkan bahwa dari 100 orang penderita PJK akan mengalami henti jantung atau kematian mendadak. 

PJK dapat dicegah dengan pengendalian perilaku yang berisiko seperti penggunaan tembakau, diet yang tidak sehat dan obesitas, kurang aktivitas fisik serta penggunaan alkohol. Meningkatkan gaya hidup sehat dengan berperilaku “CERDIK’, yaitu Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat yang cukup, Kelola stress. Melakukan pola hidup “PATUH” bagi penyandang PTM khususnya PJK, yaitu Periksa kesehatan secara rutin, Atasi penyakit denga pengobatan yang tepat, Tetap aktivitas fisik dengan aman, Upayakan diet sehat dan gizi seimbang, Hindari asap rokok, minuman berakohol dan zat karsinogenik lainnya.

Comments

Kontengaptek said…
Ngeri ya sampai jadi penyebab kematian tertinggi loh penyakit jantung koroner..