Hallo kembali lagi di blog aku ini, kali ini aku akan memberikan
informasi khususnya bagi teman-teman yang sedang merintis usaha. Bagi teman-teman
yang punya online shop, dan online shopnya mandek ga berjalan seperti yang di
harapkan. Di Connect, memberikan solusi dari pakarnya agar usaha online kita
berjalan seperti mestinya.
Connect, diadakan pada tanggal 30-31 Oktober 2019 di Jakarta
Convention Center Senayan Jakarta Selatan. CONNECT 2019 adalah ajang konferensi dan eksibisi yang diselenggarakan
oleh Traya, penyelenggara pameran yang sudah pengalaman bertahun-tahun dalam
bidangnya, bersama Kitatama, sebuah event
management yang fokus pada konferensi teknologi dan transformasi
digital UKM. Di sini aku
menjelaskan pada tanggal 31 ya, aku mengambil 2 kelas yaitu Synergistic
Collaboration among Corporates, Startups, SMEs, & Government dan Right Step
in Starting Digital Business.
Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah (UMKM) merupakan penopang ekonomi nasional. Jumlahnya meliputi 60
juta di seluruh Indonesia. Namun demikian mereka pada umumnya masih mengalami
hambatan akses baik terhadap finansial, informasi, maupun juga akses terhadap pasar
yang lebih besar. Demikian disampaikan Agung Bezharie (Co-Founder/CEO Warung
Pintar) pada diskusi bertajuk Synergistic Collaboration among Corporates,
Startups, SMEs, & Government yang merupakan sesi pembuka hari kedua
ajang Connect 2019.
“Untuk itulah Warung
Pintar (Warung Pintar) lahir. Warpin lahir berangkat dari statistik bahwa dari
UMKM di seluruh Indonesia yang sejumlah 60jt, 90%-nya adalah usaha mikro.
Warpin melihat peluang untuk meningkatkan performance usaha mikro tersebut
melalui pembukaan akses,” beber Agung.
Berbagai upaya
untuk memberikan akses terhadap UMKM, terutama akses terhadap digitalisasi juga
telah banyak dilakukan oleh banyak pihak. Salah satu contohnya adalah pendirian
Rumah Kreatif BUMN yang merupakan kolaborasi BUMN untuk menghadirkan akses
kepada dunia digital kepada UMKM di berbagai daerah. Bank Mandiri dan Telkom
merupakan dua BUMN yang banyak terlibat dalam program digitalisasi UMKM ini.
Hery Sofiaji (AVP
Micro Development and Agent Banking Group Bank Mandiri) dalam forum tersebut
menyampaikan bahwa Bank Mandiri telah menyalurkan kredit lebih dari Rp 150
triliun kepada UMKM, 47 triliun di antaranya potensial diberikan kepada UMKM
yang bersifat digital.
Selain ikut
memodali UMKM atau startup, Bank Mandiri juga terjun ke dalam industri fintech
lending, dengan cara melakukan “co-opetition”, kompetisi dalam kooperasi,
dengan fintech lain. Jadi, kehadiran fintech bagi Bank Mandiri tak dipandang
semata-mata sebagai kompetitor yang tidak bisa diajak bekerja sama. “Ada
peluang sekaligus tantangan dalam industri fintech,” tutur Hery.
Telkom yang juga telah
dikenal sebagai perusahaan berlatarbelakang teknologi digital juga telah
membangun lebih dari 50 unit Rumah Kreatif BUMN. Dalam meuwujudkan visi untuk menjadi
salah satu lokomotif pengembangan ekonomi digital, Telkom berkiprah melalui
berbagai program, salah satunya melalui program inkubator bisnis “Indigo” dan digital
valley di 4 kota di Indonesia. Melalui program inkubasi ini, diberikan bantuan
pendanaan dan akses pasar kepada para startup binaan. “Dalam perkembangannya,
kualitas startup sangat variatif sehingga dibutuhkan asistensi yang lebih
intens. Untuk itu dibangun DILO di berbagai tempat di seluruh Indonesia,” tutur
Joddy Hernady (EVP Digital & Next Business Telkom Group).
Untuk memulai
berbisnis dalam menyongsong ekonomi digital, orang tak perlu lagi sendirian memikirkan
aspek teknologi. Sudah banyak platform dan penyedia teknologi yang bisa
dimanfaatkan untuk mengembangkan bisnis, layanan, atau aplikasi yang makin
mudah digunakan.
Salah satu
contohnya adalah Microsoft. “Teknologi memungkinkan hadirnya banyak potensi yang
sebelumnya tersembunyi,” ujar Juliana Cen (Small & Medium Business Lead
Microsoft Indonesia).
“Oleh sebab itu, Microsoft memilih untuk juga ikut
bertransformasi dengan misi memberdayakan orang dan organisasi di seluruh dunia
untuk bisa meraih pencapaian yang lebih tinggi. Salah satu contohnya, di
Indonesia, Microsoft bekerja mengimplementasi Artificial Intelligence Microsoft
Rinna dalam desain hijab randangan Ria Miranda.” Hal ini disampaikan Juliana
dalam sesi Right Step in Starting Digital Business yang merupakan salah
satu sesi hari kedua ajang Connect 2019.
Transformasi
digital juga memungkinkan orang dengan bakat-bakat dan kemampuan khusus untuk
bisa menemukan pekerjaan yang paling sesuai baginya melalui platform penyedia
informasi lowongan kerja paruh waktu. Sribulancer adalah salah satu contohnya.
“Sribulancer memanfaatkan sepenuhnya platform teknologi sehingga cukup dengan
tenaga 28 orang saja kami bisa handle 30 ribu orang user,” tutur Ryan
Gondokusumo (CEO Sribulancer).
Para startup yang
sama sekali buta akan teknologi digital bisa memanfaatkan layanan pengembangan
teknologi dan user interface dari nol. “ Para startup bisa memilih
fitur-fitur yang ingin dikembangkan pada saat mulai. Weekend Inc akan bantu untuk
bikin teknologinya.,” iming Andoko Chandra (CEO Weekend Inc).
Untuk urusan promo
produk dan layanan pun banyak platform yang makin mempermudah. “Kita harus
melakukan promo di media sosial, seperti Facebook dan Instagram. Namun tetap
saja ads di medsos itu harus hanya sebagai pelengkap saja, yang lebih
penting lagi adalah engagement dengan customer,” tutur Ridho
Khusnul Fadhil (CEO Humblezing).
Hal ini diamini
juga oleh Fariz Egia Gamal (Owner Mister Brewok). “Akuisisi customer baru sangat
penting, kita harus sisihkan budget untuk promote di media sosial,” tuturnya.
Infrasruktur tidak
boleh dilupakan. “Tanpa infrastruktur, segala macam omong besar tentang
Revolusi Industri 4.0, misalnya, tidak akan jalan,” tegas Henri Kasyfi
Soemartono (Sekretaris Jenderal Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia,
APJII). Untuk itulah APJII selalu berinisiatif memberdayakan masyarakat,
terutama di pelosok, agar tidak perlu menunggu pemerintah untuk mengembangkan
ekonomi digital sampai kondisi yang sempurna. Mereka bisa proaktif untuk membuat
infrastruktur sendiri, misalnya dengan melalui Bumdes atau koperasi desa membikin
ISP (Internet Service Provider) sendiri. Di atas jaringan ISP desa tersebut
nantinya akan terbangun bisnis dan ekonomi digital.
Nah, bagaimana
teman-teman masalah yang teman-teman hadapi sudah terjawab? Kita memang harus
memanfaatkan teknologi yang ada, tinggal kita mengatur agar usaha kita dapat
berkembang. Apalagi, usaha di bidang online banyak banget tantangannya kan? Cukup
di sini saja ya, sampai jumpa di tulisan aku selanjutnya.
Comments