Hallo teman-teman, apa kabarnya nih? Di tengah wabah ini,
aku menulis tentang film yang baru tayang pada Januari 2020. Pasti kalian
bertanya-tanya, kok fimnya bulan Januari tetapi di tulis bulan April? Karena,
aku baru nonton filmnya mau nonton eh malah sudah ga da.
Pertama kali nonton film ini, kok pemainnya dengan kostum
yang ga biasa dan kesan alurnya seperti di teater. Tidak semua masyarakat
Indonesia, jadi masyarakat kurang mencerna film ini. Awalnya saja, aku sebagai
penikmat film, menonton film ini mulai mencerna di tahap pertengahan film. Akhir
ceritanyapun aku agak mikir, kok gini amat ya akhirnya. Lukman (Reza Rahdian)
masuk ke dalam kotak, yang dibantu oleh perempuan pengirim barang.
Yang aku suka dalam film ini, visualnya sangat menyegarkan
mata. Warna kostumnya dan pemandangan yang di sajikan, aku berpikir mereka
shooting di daerah timur Indonesia. Entah itu di NTB atau NTT, dan lagi selalu
berpindah-pindah tempat sehingga penonton bisa di manjakan oleh pemandangan
yang di sajikan.
Sinopsis
Kisah dimulai dari Lukman (Reza
Rahardian), seorang grandmaster sulap yang sudah tidak lagi percaya pada
keajaiban. Di pertunjukan terakhirnya, dia berencana gagal sekaligus pamit ke
teman-temannya dari dunia sulap. Saat pertunjukan, Lukman menunjuk satu anak
laki-laki dari penonton dan menyuruhnya masuk ke dalam kotak, memakunya dan
mengucapkan mantra “Abracadabra”. Dalam rencanya, anak laki-laki itu tidak akan
menghilang dan akan tetap di dalam kotak tersebut. Tak disangka, anak laki-laki
itu menghilang dan Lukman tidak tahu cara mengembalikannya. Hal itu terjadi
karena kotak yang digunakan merupakan milik banyak penyihir besar di masa lalu
sampai berada di tangan ayah Lukman yang juga seorang grandmaster. Kejadian ini
pun membuat Kepala Polisi (Butet Kartaredjasa) berusaha mengejar Lukman dan
menuduhnya dengan kasus penculikan anak. Semakin rumit karena kisah ini berubah
menjadi aksis kejar-mengejar antara Lukman dan Kepala Polisi yang juga mantan
pesulap. Alasan ia ingin menangkap Lukman karena ingin mendapatkan kotak itu
untuk dirinya sendiri. Sampai pada akhirnya, Lukman bertemu dengan Sofnila
(Salvita Decorte). Perempuan itu tiba-tiba muncul dari dlam kotak tersebut dan
mengaku bahwa ia adalah salah satu dari asisten Lukito, ayah Lukman yang dulu
pernah menghilang dari kotak itu. Dilansir laman Four Colour Film, sutradara
Faozan Rizal adalah lulusan Institut Seni Jakarta dan La FEMIS Paris.
Jujur, baru pertama kali aku
menonton film Indonesia yang bergenre fantasi. Mungkin, teman-teman ada yang
tahu film Indonesia selain Abracadabra yang aku lewatkan atau ini film pertama
bergenre Fantasi di Indonesia?
Teman-teman, apakah teman-teman suka
tentang ulasan aku atau tidak setuju biar kita bisa berdiskusi. Atau ada
rekomendasi film yang ga kalah lebih bagus lagi, tapi khusus film Indonesia ya.
Sampai jumpa di blog lain aku ya….
Comments