Mirisnya Pengetahuan Tentang Susu Kental Manis di Masyarakat

Hallo semuanya, bersama aku di sini di blog ada informasi terbaru tentang Susu Kental Manis. Sebelumnya, aku sudah membahas tentang Susu Kental Manis tidak baik untuk di konsumsi layaknya Susu Formula. Karena, susu Kental Manis lebih banyak mengandung gula di bandingkan susu itu sendiri. 

oleh karena itu YAICI, PP Muslimat NU, dan PP Aisyiyah melakukan penelitian tentang pengetahuan Susu Kental Manis di masyarakat. dengan hasil dalam Konferensi Pers secara Virtual. dengan Narasumber :

1. Arif Hidayat SE.,MM sebagai ketua YAICI

2. Dra. Chairunnisa M.Kes sebagai Ketua M.Kes PP Aisyiyah 

3. dr. Erna Yulia Soefihara sebagai Ketua Bid.VII, PP Muslimat NU

4. Dr. Tria Astika Permatasari, SKM.,MM sebagai Dosen Prod Gizi Fak kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

Dan di moderatori oleh Yuli Supriati sebagai Pegiat Kesehatan dan Bidang Advokasi YAICI.

Setelah usia 6 bulan, bayi harus makanan pendamping ASI (MPASI) dan susu menjadi hal yang penting karena mengadung zat besi dan mikronutrient yang diperlukan dalam tumbuh kembang anak seperti fosfor dan kalsium. 

Sebelum membahas lebih lanjut lanjut, adakalanya aku akan menjelaskan perbedaan Susu Full Cream, Susu Low Fat, dan Susu Skim. Susu Full Cream, dikonsumsi hanya untuk usia 1 tahun. Susu Low Fat atau lebih dikenal dengan susu rendah lemak,  hanya di konsumsi lebih dari 2 tahun. Sedangkan Susu Skim, tidak dianjurkan dikonsumsi oleh balita. Mirisnya, 1 dari 7 anak minum Susu Kental Manis dan mengkonsumsi lebih dari satu kali pergelas. Dengan alasan, Susu Kental Manis lebih terjangkau harganya dibandingkan Susu Formula.

Anak yang sudah terbiasa mengkonsumsi kental manis akan beresiko mengalami undernutrition dan juga overnutrition. Undernutrition atau gizi kurang apabila orang tua merasa anak sudah cukup gizi hanya dengan konsumsi kental manis saja, lalu lupa atau tidak memperhatikan asupan gizi lainnya. Sementara overnutrition apabila anak mengkonsumsi kental manis, dengan porsi yang banyak dan juga konsumsi makanan lainnya seperti snack dan cemilan tidak terkontrol.

beberapa penelitian yang dilakukan akademisi pada 2019, yang dilakukan di Potong Lintang di salah satu kecamatan di Jabar, dari 122 responden balita, anak-anak yang mengonsumsi krimer kental manis lebih dari 1 gelas per hari lebih berisiko mengalami berat badan kurang dibandingkan dengan anak yang mengonsumsi kurang dari jumlah tersebut. 

Tak hanya itu, penelitian yang dilakukan YAICI, PP Muslimat NU dan PP Aisyiyah tentang Persepsi Masyarakat Tentang Kental Manis pada 2020 juga menunjukan hasil yang serupa. Penelitian dilakukan di  DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, NTT dan Maluku. Total responden adalah 2.068 ibu yang memiliki anak usia 0 – 59 bulan atau 5 tahun.


Dari penelitian ditemukan 28,96% dari total responden mengatakan kental manis adalah susu pertumbuhan, dan sebanyak 16,97% ibu memberikan kental manis untuk anak setiap hari. Dari hasil penelitian juga ditemukan sumber kesalahan persepsi ibu, dimana sebanyak 48% ibu mengakui mengetahui  kental manis sebagai minuman untuk anak  adalah dari media, baik TV, majalah/ koran dan juga sosial media dan 16,5% mengatakan informasi tersebut didapat dari tenaga kesehatan. Dan Supermarket dan Minimarket menaruh Susu Kental Manis 62.7% di rak Susu sedangkan 37.3% di tempat toping atau agar-agar.  


Temuan menarik lainnya adalah, kategori usia yang paling banyak mengkonsumsi kental manis adalah usia 3 – 4 tahun sebanyak 26,1%, menyusul anak usia 2 – 3 tahun sebanyak 23,9%. Sementara konsumsi kental manis oleh anak usia 1 – 2 tahun sebanyak 9,5%, usia 4-5 tahun sebanyak 15,8% dan 6,9% anak usia 5 tahun mengkonsumsi kental manis sebagai minuman sehari-hari. 


Dilihat dari kecukupan gizi, 13,4% anak yang mengkonsumsi kental manis mengalami gizi buruk, 26,7% berada pada kategori gizi kurang dan 35,2% adalah anak dengan gizi lebih. “Dari masih tingginya persentase ibu yang belum mengetahui penggunaan kental manis, terlihat bahwa memang informasi dan sosialisasi tentang produk kental manis ini belum merata, bahkan di ibukota sekalipun,” imbuh Arif Hidayat.


Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah Chairunnuisa mengatakan media sangat memiliki peran penting di dalam memberikan persepsi kepada masyarakat. “Betul, bahwa memang media ini memiliki peran penting di dalam memberikan persepsi kepada masyarakat tentang kental manis adalah susu,” jelas Chairunnisa. 

Sedangkan Erna Yulia Soefihara, selaku Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU mengatakan bahwa ia dan kadernya di seluruh Indonesia mencoba untuk merubah persepsi bahwa kental manis itu bukanlah susu yang bisa diminum untuk balita. “Tapi memang sangat sulit ya, saat kita melakukan sosialisasi itu karena sudah begitu lama di mereka itu bahwa susu kental manis itu sehat.  Sudah menjadi kebiasaan, setelah lepas ASI mereka mengganti tidak dengan susu untuk anak, tapi memberikan kental manis,” papar Erna. 

Selain melaksanakan penelitian, sepanjang 2020 YAICI bersama PP Aisyiyah dan PP Muslimat NU dan didukung oleh mitra-mitra lainnya juga gencar melakukan sosialisasi dan edukasi untuk masyarakat secara online. Sebanyak 12.560 kader kedua organisasi perempuan terbesar di Indonesia ini tersebar di 34 provinsi dan beberapa cabang di luar negeri telah terpapar edukasi  tentang kental manis. 

Ketua Harian YAICI Arif Hidayat mengatakan, pentingnya persoalan kental manis tidak hanya sebatas mencukupi gizi anak, namun juga potensi kerugian yang dialami negara akibat stunting bisa mencapai 2 persen sampai 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya. “Ini angka yang besar sekali. Kita lihat PDB 2019 sebesar Rp 15.833,9 triliun, maka kerugian stunting bisa mencapai Rp 474,9 triliun. Jumlah itu mencakup biaya mengatasi stunting dan hilangnya potensi pendapatan akibat rendahnya produktivitas anak yang tumbuh dengan kondisi stunting,” jelas Arif. 

YAICI telah berkomitmen melakukan edukasi yang berkelanjutan bagi masyarakat, dalam rangka mewujudkan generasi yang unggul dimasa mendatang. Pandemi memang sempat menjadi hambatan dalam mengedukasi masyarakat tahun ini, tentu tidak seefektif bila edukasi secara langsung dengan masyarakat. “Bagaimanapun, upaya ini tidak boleh terhenti, karena itulah kami berharap hasil penelitian ini dapat mendorong pemerintah untuk meningkatkan parstisipasinya dalam mengedukasi masyarakat,” pungkas Arif Hidayat. 

Bagaimana teman-teman? Masih mengkhawatirkan tentang pengetahuan orangtua tentang Susu Kental Manis. Ironis sih, jika sudah tahu Susu Kental Manis masih tidak boleh dikonsumsi oleh anak-anak tapi di konsumsi dengan alasan ekonomi. Yuk, kita bantu edukasi kepada orang sekitar bahwa Susu Kental Manis bukan Susu agar anak kita bisa tercukupi gizinya..


Comments