Pada tanggal
01 Juni 2018, aku menonton film lima di bioskop Theater Djakarta. Setelah membaca
sipnosisnya agak penasaran sih, cerita tentang dalam sebuah keluarga yang menerapkan
ideology Pancasila apalagi di jaman sekarang jarang orang yang menerapkannya. Filmnya
ringan, mengangkat tentang kasus sehari-hari yang ada di masyarakat.
Di samping
itu, di masing-masing cerita di sutradari lima Sutradara yaitu : Shalahudin
Siregar, Tika Pramesti, Lola Amaria, Harvan Agustriansyah, dan Adriyanto Dewo. Masing-masing
sutradara membuat cerita dengan aplikasi satu butir Pancasila yang di tulis
oleh Sinar Ayu Messie dan Titien Wattimena.
Film produksi
Lola Amaria Production ini, mengajak masyarakat untuk menerapkan Pancasila
bukan Pancasila berdasarkan ideology semata. Film ini juga dibintangi oleh
artis papan atas sudah tidak asing, yaitu : Prisia Nasution, Baskara Mahendra,
Yoga Pratama, Dewi Pakis, Tri Yudiman, Ken Zuraida, Aji Santoso, Eliza, Raymond
Lukman, Gerdi Zulfitranto, Ella Hamid. OST. Film LIMA yang berjudul Rumah
Bhinneka dinyanyikan oleh Syaharani, Kikan, Dea Panendra, Isa Raja, Taufik
Hidayat.
Sipnosis
:
Film Lima bercerita tentang tiga
orang anak yaitu Aryo (Yoga Pratama), Fara (Prisia Nasution) dan Adi (Baskara Mahendra) yang baru saja kehilangan sosok ibu
tercinta, Maryam (Tri Budiman). Selain ketiga anak tersebut, ada juga sosok yang berkerja
sebagai asisten rumah tangga yang juga merasa kehilangan, Ijah (Dewi Pakis). Akan tetapi
ketika sedang melakukan prosesi pemakaman sang ibu, ketiga anak tersebut
melakukan perdebatan.
Maryam sendiri berlatar belakang
seorang muslim dan beraga Islam. Sementara disisi lain hanya ada satu anak
Maryam yang juga beragama Islam yaitu Fara. Setelah melalui proses perdebatan,
akhirnya bisa terselesaikan dengan damai dan kondusif.
Disisi lain walaupun perdebatan
sudah selesai, nampun menjalar ke masalah lainnya. Ketika berada di sekolan Adi
selalu selalu meihat peristiwa yang tidak berkemanusiaan. Rasa tidak tega pun
muncul dalam dirinya, ia memutuskan untuk membantu dengan catatan harus
berhadapan dengan Dega (Ravil Prasetya).
Fara, yang berprofesi sebagai
pelatih renang, ketika sekali ketika sedang memutuskan siapa saja atlet yang
dikirim ke pelatihan nasional (PELATNAS) tanpa sama sekalai mempertimbangkan
unsur SARA. Akan tetapi, disisi lain ia juga harus melalui rintangan dan
tantangan dari pemilik klub renang tersebut. Padahal para murid yang telah
diseleksi tidak pernah mempersoalkan pilihan sang pelatih dan perbedaan warna
kulit.
Aryo juga harus menjadi pemimpin
dalam masalah warisan, karena ia sebagai anak laki-laki dan menjadi anak tertua
di keluarga tersebut. Sementara itu Ijah, sang asisten rumah tangga harus
memutuskan untuk pulang kampung demi mewujudkan keadilan bagi keluarganya.
Hanya ada satu solusi yang
dibutuhkan oleh Aryo, Fara, Adi, dan Ijah yaitu “PANCASILA”. Pancasila sendiri
terdiri dari sila mengenai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan
keadilan.
Sayang sekali,
film ini mempunyai rating 17+ mungkin saja karena banyak kekerasan yang di
tayangkan. Padahal film ini sangat bagus untuk ditonton dan butuh konsentrasi
untuk menelaah film ini, karena cerita yang di tampilkan terpecah tetapi masih
satu jalur. Penonton juga tidak merasa aneh loncat-loncat di film ini, karena
alurnya masih bisa di nikmati.
Comments